Rabu, 07 September 2016

KECERDASAN INTUISI


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
“Bayangkan bahwa dunia itu seperti selembar kertas. Bagai seorang ahli origami, lipat kertas itu menjadi dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya…sampai pada suatu titik, kertas itu tidak bisa dilipat lagi bagaimana dilakukan. Kertas itu tidak dapat dilipat lagi disebabkan ada batas kemampuan struktur kertas itu yang menahan perubahan dirinya.” (Piliang, 2011: 45). Disini Piliang menggilustrasikan dimana ada batasan dalam suatu hal, pemaksaan mungkin dapat membuat tindakan melampaui batasan tersebut, namun itu artinya kita telah melampaui sesuatu yang seharusnya tidak dilampaui.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Elfindri, et al (2010: 7) bahwa mendidik anak-anak bukanlah mirip paku yang ditancapkan, dipaksa untuk masuk sampai ke dalam, namun seperti menggemburkan tanah yang keras. Jadi pemaksaan dalam melampaui batasan kemampuan anak bukanlah hal yang dapat dikatakan sebagai mendidik. Tiap siswa memiliki batasan dalam pemahaman. Mendidik jauh lebih bermakna lagi, mendidik menumbuhkan keinginan siswa untuk memperluas jangkauan kemampuannya hingga batas yang semakin tak hingga.
Dalam pendidikan, seorang anak belajar tidak hanya sekedar tahu, mereka belajar juga untuk makna dalam pengetahuannya. Ketika memasuki kelas, siswa tidak benar-benar berada dalam keadaan kosong. Tiap siswa memiliki bekal pengetahuan yang mereka dapatkan baik dari membaca maupun pengalaman sebelumnya. Pola-pola pengalaman tadi akan muncul secara intuitif ketika siswa menerima materi baru. Sekuat apa intuitif siswa tadi bekerja akan berbeda-beda.

2.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami apa yang dimaksud dengan kecerdasan intuisi dan bagaimana mengoptimalkan intuisi tersebut agar dapat berperan sebaik mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Kecerdasan Intuisi
Kecerdasan atau intelligence memiliki pengertian yang sangat luas. Para ahli psikologi mengartikan kecerdasan sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasainya dan mempraktekannya dalam pemecahan suatu masalah. Gardner seorang psikolog Amerika mengatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan situasi yang nyata (Paul Suparno, 2008:17). Kecerdasan juga dapat dipandang sebagai istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan,  seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar (Windu Haribadi, 2011).
Intuisi adalah proses pengenalan pola yang terjadi secara tidak sadar di dalam kepala. Pola-pola tersebut terjadi akibat dari pengalaman sehari-hari, atau pun informasi lainnya yang sering diterima oleh individu. Intuisi merupakan istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran.
Menurut Plato dan Aristoteles (Henden, 2004) intuisi merupakan proses berpikir yang serupa dengan proses berpikir Tuhan (God’s thought). Intuisi dicirikan sebagai hasil berpikir seperti berikut:
·         tidak temporal (a-temporal) yaitu memiliki keputusan yang sulit berubah,
·         memandang keseluruhan objek daripada bagian-bagian objek (grasps all at once),
·         tidak bersifat proposisional (non-propositional),
·         tidak bersifat representasional (non – representational),
·         karena ia dipandang serupa dengan proses berpikir Tuhan (God’s thought) maka intuisi dianggap tidak pernah salah (infallible).
Ciri-ciri intuisi yang telah dipaparkan tersebut memiliki keterkaitan dengan sifat intuisi yang dijabarkan sebagai spontanitas yang tidak disadari.
Siswa yang masih pada tahap intuitif, biasanya banyak tergantung pada cara penyajian materi oleh guru. Jika konsep baru yang didapati sangat jauh dari skema yang ada, mungkin dia tidak mampu mengasimilasikannya. Maka pada tahap-tahap awal, guru harus menganalisis konseptual siswa secara cermat sebagai dasar merencanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat melakukan sintesa struktur-struktur dalam ingatannya sendiri.
Kecerdasan intuitif juga sering kali dikenal dengan sebutan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan ini tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami dirinya sendiri. Orang dengan kecerdasan ini pada umumnya mandiri, tidak tergantung pada orang lain, dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial. Mereka mempunyai rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilaukan sendiri.

2.      Cara Kerja Intuisi
Kecerdasan yang dimiliki manusia bersumber dari dua hal. Kecerdasan yang bersumber dari dalam diri manusia itu sendiri,dinamakan kecerdasan intuitif. Dan kecerdasan yang berasal dari adaptasi diluar dirinya dinamakan kecerdasan normatif.
Kecerdasan Intuitif diperoleh dari penalarannya sendiri terhadap stimulus dari luar. Hasil dari perenungan dan daya imajinasinya mengolah apa yang datang lewat panca inderanya. Ia mampu menarik konklusi terhadap sesuatu hal walau informasi yang didapat sangat minim. Orang dengan kecerdasan intuitif yang tinggi biasanya punya perilaku yang berbeda dari lingkungannya. Misalnya saja siswa di kelas yang memiliki kecerdasan intuitif tinggi, seringkali menjadi mencolok dengan ceplosan-ceplosan dalam mengomentari materi pelajaran yang dia terima ketika proses pembelajaran berlangsung. Meski terkadang ceplosan  ini tidak selalu benar sesuai dengan materi, karenanya guru harus mampu bersikap sepositif mungkin dalam menyikapi siswa yang seperti ini. Namun demikian, tidak selalu siswa dengan kecerdasan intuitif tinggi merupakan masalah di dalam kelas. Karena jika siswa mampu mengarahkan kecerdasannya, maka hal ini justru mampu membuat siswa tersebut menonjol dari segi yang positif.
Intuisi dapat bekerja ketika alam di bawah sadar kita menemukan hubungan antara situasi baru yang dihadapi dengan berbagai pola pengalaman di masa lalu (Windu Haribadi, 2011). Maka dapat dikatakan ada hubungan antara intuisi dengan memori jangka panjang serta rutinitas pengulangan suatu memori. Seberapa kuat memori itu tersimpan dan tertanam hingga secara bawah sadar dapat dihubungkan dengan situasi yang baru saja ditemukan/dialami.
Menurut Skemp (1971) pada tingkat intuitif, kita menyadari bahwa melalui reseptor/alat indera (terutama penglihatan dan pendengaran), kita dapat mengetahui lingkungan luar. Hal ini dikarenakan, secara otomatis data tersebut diklasifikasikan dan dihubungkan dengan data serupa yang sudah ada.bDengan otot-otot yang dimiliki, kita dapat menggerakan kerangka untuk berbuat pada lingkungan luar. Aktifitas ini banyak dikontrol dan diarahkan oleh umpan balik, selanjutnya informasi mengenai kemajuan dan hasilnya dapat diketahui melalui reseptor luar. Dalam banyak kasus, hal tersebut dapat berhasil tanpa adanya kesadaran.  Berikut skema kecerdasan intuitif:
3.      Mengoptimalkan Intuisi
Bambang sutiyoso (2008) memaparkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan terhadap intuisi untuk mengoptimalkan kecerdasan intuisi, yaitu:
·         Bedakan intuisi dari angan-angan muluk
Jika ingin memakai intuisi, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah diri dipengaruhi oleh pikiran dan harapan yang muluk atau sekedar perkiraan semata? Lebih baik jika mengandalkan intuisi secara objektif. Artinya intuisi itu berdasarkan perkiraan yang didukung data-data.
·         Bedakan intuisi dan keinginan pribadi
Seringkali seseorang mencampuradukkan intuisi dengan keinginan pribadi. Misalnya, memperkirakan kesuksesan suatu penelitian hanya karena gagasan penelitian tersebut adalah ide sendiri. Hindari perkiraan semacam ini. Seseorang boleh saja yakin untuk melakukan suatu penelitian, namun karena penelitian tersebut benar-benar layak dilakukan dan berkualitas.
·         Jangan campur intuisi dan emosi pribadi
Perkiraan yang didasarkan emosi pribadi jelas tidak obyektif. Contoh kasus, pelaku bisnis di Inggris terus mempertahankan suatu produk hanya karena penghuni istana Buckingham masih suka memakai produk itu, sementara masyarakat umum sudah tidak menyukainya sama sekali. Hal seperti inilah yang harus dihindari.
·         Jangan memakai intuisi secara terburu-buru
Kadang intuisi memang muncul secara mendadak, namun jangan keburu menggunakannya sebagai langkah pengambil keputusan atau tindakan. Intuisi itu tetap memerlukan kelayakan uji coba untuk menghindari penilaian yang terlalu dini. Inilah yang sering terjadi pada siswa di kelas. Memakai intuisi secara buru-buru tanpa pertimbangan apakah sudah tepat atau tidak untuk dijadikan tindakan. Hingga muncullah ceplosan yang terkadang berada di luar kajian pembelajaran dari siswa tersebut.


·         Jangan enggan menguji
Seberapapun canggihnya intuisi, pertimbangkan untuk menguji kelayakan intuisi itu. Jangan terlalu saklek oleh satu intuisi tanpa pertimbangan lain.
Laura Alden Kamm, penulis buku A Step-by-Step Guide to Intuitive Wellness, memberikan beberapa tips bagaimana cara mengembangkan intuisi (Hermawan Kartajaya, 2008), yaitu:
·         Yakinlah kalau manusia dapat berubah. “Anda butuh keinginan kuat dari dalam diri Anda untuk BERUBAH,” kata Kamm. Keinginan untuk berubah, yakin kalau anda dapat membuat nyata hal ini, maka anda pun akan berubah!
·         Dengarkan diri anda. Dengarkan secara mendalam, intuitif dan setiap hari kata-kata dari dalam hati.
·         Bermeditasi tiap hari. Meditasi sekurangnya 20 menit tiap hari, berdoa dan merenung. “Ada terlalu banyak suara di dunia,” kata Kamm. “Kita butuh waktu untuk sendiri.”
·         Buat sebuah jurnal (buku harian). Buatlah rekaman pikiran dan observasi anda untuk melihat kemajuan anda tiap harinya.
·         Bernapas. Gunakan menarik napas dalam-dalam sebagai cara anda menenangkan diri anda. Saat anda bernapas, pikirkan mengenai kebijaksanaan diri anda dan kemampuan intuisi anda.
·         Percayalah pada diri anda. Yakinlah atas penilaian anda dan tahu kalau anda memiliki jawabannya dalam diri anda, jika anda mau meluangkan waktu untuk mendengarkannya. “Kita perlu memperlambat langkah dan mengembangkan kemampuan intuisi kita untuk memilah-milah banyak informasi yang datang bertubi-tubi di masa ini,” kata Kamm.
·         Pikirkan kekecewaan sebagai salah satu kemungkinan. Kembangkan intuisi anda, dan anda selangkah lagi sampai pada kemampuan menyembuhkan diri sendiri, kata Kamm, yang mendorong para kliennya untuk berpikir kalau penyakit pun merupakan suatu kesempatan untuk membuat perubahan hidup ke arah positif.

4.      Karakteristik Psikologis Siswa dalam Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kecerdasan Intuitif
Karakteristik psikologis siswa dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu tolak ukur bagi seorang pendidik atau guru di dalam mendistribusikan berbagai ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan. Pada dasarnya kecerdasan intuitif memiliki tahap atau fase pengalaman yang dijadikan dasar oleh siswa di dalam memperoleh jawaban atau kunci permasalahan yang ditemukan. Semua itu tentu saja berasal bersumber dari lingkungan.  Siswa yang memiliki pola pikir yang sederhana serta kemampuan nalar yang cukup cenderung menggunakan intusi atau bisikan hati untuk memaparkan setiap jawaban yang ditemukan. Padahal setiap permasalahan dalam matematika pada umumnya mempunyai alur atau langkah-langkah penyelesaian yang konkrit dan sistemik dalam berbagai pola pengembangan. Apabila siswa lebih sering mempergunakan intuitif pada kesehariaanya maka ia akan kesulitan untuk menyelesaikan soal atau permasalahan yang berbeda namun dari pengembangan pola yang telah ada karena hanya mempunyai rujukan dari pengalaman yang telah ditemukan.
Jika ditelisik kembali psikologis siswa secara umum maka akan ditemukan detail-detail sifat yang mendominasi keberagaman siswa yang dididik sehingga memudahkan untuk mencari solusi yang tepat agar pengetahuan yang disampaikan bisa diterima dan dipahami oleh semua siswa secara menyeluruh. Siswa dengan karakteristik intuitif sebagian mempergunakan pola-pola sederhana dalam menyelesaikan atau memecahkan soal atau permasalahan yang ditemukan. Akan tetapi tingkat akurasi pada jawaban yang dilontarkan atau diberikan mendekati level menengah ke bawah karena faktor emosi dan sifat manusia yang sering lupa ditambah dengan berpatokan pada pengalaman yang telah ditemukan saja. Berdasarkan hal tersebutlah bisa dengan mudah dan seksama menentukan dan menemukan langkah-langkah konkrit untuk lebih mendongkrak motivasi dan kemampuan intelektual siswa dalam proses pembelajaran matematika.


BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Intuisi terjadi secara tidak sadar di dalam kepala. merupakan akibat dari pengalaman sehari-hari atau pun informasi lainnya yang sering diterima oleh individu yang menjadi pola di dalam pikiran,. Intuisi merupakan kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Seolah pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran.
Siswa dengan tahap intuitif, biasanya banyak tergantung pada cara penyajian materi oleh guru. Jika konsep baru yang didapati sangat jauh dari skema yang ada, mungkin dia tidak mampu mengasimilasikannya. Dan dikarenakan intuisi terjadi secara tidak sadar, respon siswa pun juga sering terjadi secara spontan. Intuisi tidak selalu benar, hal ini lah yang terkadang menimbulkan celotehan diluar konteks materi ketika belajar dari siswa. Karenanya, guru harus lebih bijak dalam menyikapi respon siswa yang demikian. Hal ini tentunya agar tidak mematikan semangat belajar siswa tersebut.
Intuisi dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, yaitu bedakan intuisi dari angan-angan muluk, bedakan intuisi dan keinginan pribadi, jangan campur intuisi dan emosi pribadi, jangan memakai intuisi secara terburu-buru, jangan enggan menguji. Atau menurut kamm, ituisi dapat dikembangkan dengan beberapa cara, yaitu yakinlah kalau manusia dapat berubah, dengarkan diri anda, bermeditasi tiap hari, buat sebuah jurnal (buku harian), bernapas, percayalah pada diri anda, pikirkan kekecewaan sebagai salah satu kemungkinan, bayangkan kebahagiaan anda.



DAFTAR PUSTAKA

Bambang sutiyoso. 2008. Mengandalkan intuisi dengan tepat, (Online), (http://bambang.staff.uii.ac.id/?s=saklek, diakses 30 Maret 2013)
Elfindri, et al. (2010). Soft skills untuk pendidik. Jakarta: Baduose Media.
Henden, G. 2004. Intuition and its Role in Strategic Thinking. Sandvika: BI Norwegian School of Management.
Hermawan kartajaya. 2008. Intuisi, (Online), (http://klikpagi.wordpress.com/tag/intuisi/, diakses 30 Maret 2013)
Paul suparno. 2008. Action Research. Riset Tindakan untuk PendidikPT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
Piliang, Y. A. (2011). Dunia yang dilipat: Tamasya melampaui batas-batas kebudayaan (3rd ed). Bandung: Matahari.
Skemp, R. R. 1971. The Psychology of Learning Mathematics. England: Penguin Books.
Windu Haribadi. 2011. 10 Kecerdasan Manusia, (Online), (http://www.dzikirpengobatanqolbu.com/kecerdasan-manusia/#more-278, diakses 30 Maret 2013)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar