Rabu, 07 September 2016

PROLOG AKHIR PEKAN “MATEMATIKA: ANALITIK DAN SINTETIS”

Untuk mengembangkan diri, 70% keberhasilannya dipengaruhi oleh iktiar diri. Pendidik paling hebat sekalipun tidak akan mampu menjangkau semua. Dan dilain pihak, jika pendidik ingin menjangkau semua maka itu artinya pendidik tidak peserta didiknya. Cara mengajar yang baik adalah mempercayai siswa untuk mencari yang dirasakan belum cukup. Bekal terbaik untuk siswa adalah kemandirian, percaya pada semangat, dan motivasi. Dengan adanya konten materi yang diperlukan sudah cukup sebagai bekal. Maka peran guru dalam pendidik perlu direformasi. Sehingga apa yang ada dan mungkin ada mampu menjadi refrensi dalam pembelajaran.
Pikiran manusia sulit untuk dimengerti jika tidak melakukan salah tafsir. Dengan melakukan kesalahan, seorang akhirnya akan mengerti. Pikiran berangkat dari prinsip yang tak lain adalah kategori, sedangkan kategori itu sendiri adalah intuisi. Dalam berpikir ada dua prinsip, yaitu identitas dan kontradiksi. Dengan prinsip, pikiran tidak dapat dilepaskan dari pengalaman dan patuh pada hukum-hukumnya. Baik dikondisi apapun. Dalam setiap pengambilan keputusan, ada dua cara yaitu analitik dan sintetik. Analitik berarti berdasarkan koherensi, sedangkan sintetik berdasarkan pengalaman.
Dalam analitik terkandung identitas yang memiliki sifat-sifat. dalam teori pure matematikawan, matematika dipandang sebagai analitik, identitas yang merupakan suatu yang pasti dan tetap. Namun dipihak lain, matematika dianggap sebagai sintetik. Yang pada akhirnya akan mengarah pada sintetik apriori. Yang tak lain dibangun dan dikembangkan dengan pengalaman. Matematika bersifat terbuka. Hal ini agar matematika dapat terus berkembang.
Dalam sintetik, matematika dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Secara analitik, dua sama dengan dua. Namun dalam sintetik, yang dipengaruhi ruang dan waktu, maka dua tidak sama dengan dua, karena aka nada dua pertama dan dua ke dua. Dalam sintetik tempat yang terbebas dari ruang dan waktu adalah pikiran sendiri. Maka dalam sintetis, dua sama dengan dua benar ketika masih berada dalam pikiran, namun ketika telah diucapkan, disebutkan, atau dituliskan, maka hal tersebut akan menjadi salah. Hal ini disebabkan pengaruh ruang dan waktu.


Correct me if I’m wrong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar