Rabu, 07 September 2016

PROLOG AKHIR PEKAN "BERCANDA DENGAN RUANG"

Ketika kata ruang terdengar, maka yang terbayang di dalam pikiran tentu suatu tempat, atau bagi matematikawan bangun dimensi tiga yang bervolume. Akan ada banyak ruang yang terlintas dalam pikiran, tapi sesungguhnya hakekat ruang adalah segala yang ada dan mungkin ada dalam pikiran manusia itu sendiri. Mampukah masing-masing mendefinisikan atau setidaknya mendaftar, apa saja ruang yang ada dan mungkin ada itu?
Ruang yang dibicarakan, pada hakekatnya terbagi atas empat bagian, ruang konkrit, ruang formal, ruang normative, dan ruang spiritual. Ruang spiritual itu sendiri pun terbagi menjadi spiritual material, spiritual normal, spiritual formal, dan spiritual spiritual. Masing-masing akan terus terbagi hingga sampai tak hingga.
Dalam bahasa analog, dikenal ruang material. Yaitu ruang yang dikenal secara awam (ruang secara formal). Secara normative, ruang ada di dalam pikiran individu masing-masing yang mencakup segala yang ada dan mungkin ada. Hingga intuisi dari ruang adalah intuisi juga.
Masing-masing orang memiliki tak berhingga ruang. Untuk membuktikannya, kita ambil saja contoh ruang secara normative. Minimalnya, secara normative saja ruang telah mencakup segala yang ada dan mungkin ada. Untuk menghitung ruang tersebut tentunya tidak cukup dengan kepala bahkan bantuan computer canggih sekalipun.
Untuk mengekstensikan ruang, digunakanlah bahasa analog, sedangkan untuk mengintensikannya digunakan reduksi ataupun abstraksi.
Jika diselami lagi, ternyata ruang itu adalah wadah dan isi. Ia wadah jika tidak ada isinya, dan ia isi jika tidak ada wadahnya. Untuk mengenali wadah, maka kenali lah isinya terlebih dahulu. Untuk mengenali isi, maka kenali pula wadahnya.
Ketidakberhinggan ruang, sehingga muncullah istilah ruang-n. secara matematis, n dapat diisi dengan bilangan berapa saja. Satu, dua, tiga, bahkan satu setengah. Jika dapat manusia dapat menghimpun atau membedakan ruang tersebut, maka ruang tersebut adalah wadah, atau kategori. Dimana kategori adalah ruang itu sendiri. Maka sesungguhnya tidak ada ilmu tanpa kategori. Sehingga orang yang benar-benar berilmu adalah mereka yang mengerti dan menghargai ruang dan waktu.
Dalam pendidikan dikenal istilah standar. Pentingnya standar adalah untuk mengetahui ukuran, untuk membandingkan. Hal ini menimbulkan kesamaan pikiran. Sehingga akan ada system berpikir dalam tiap orang-orang yang mengadakan wadah dan isi yang sama dalam pikiran masing-masing. Ini menimbulkan pola-pola interaksi yang menembus ruang satu dan ruang yang lain.
Contoh ruang yang ada adalah kuliah. Secara material atau formal, seorang mahasiswa yang menembus ruang dan waktu adalah catatan di daftar hadir. Dalam mengolah ruang dan waktu dengan cara merefleksikan dan merenung. Mengolah dan berpikir dengan menggunakan intuisi itu sendiri.
Spiritual dari intuisi adalah ketajaman dan sensitifitas dikarenakan do’a. Dan tiap orang berhak memproduksi dan menjelaskan.

Correct me if I’m wrong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar